Jembatan Keledai dalam Pendidikan: Kritik Tan Malaka terhadap Hafalan Buta


Jembatan Keledai dalam Pendidikan: Kritik Tan Malaka terhadap Hafalan Buta

Tan Malaka

Tan Malaka, seorang pemikir revolusioner Indonesia, mengkritik sistem pendidikan kolonial yang terlalu mengandalkan metode hafalan tanpa pemahaman. Ia menyebutnya sebagai “Jembatan Keledai”, sebuah istilah yang menggambarkan cara belajar yang hanya fokus pada mengingat tanpa berpikir.

Apa Itu Jembatan Keledai?

Jembatan Keledai adalah metode menghafal menggunakan asosiasi kata atau akronim untuk mempermudah ingatan. Namun, Tan Malaka melihatnya sebagai kelemahan jika hanya digunakan tanpa pemahaman mendalam. Pendidikan semestinya melatih logika dan daya kritis, bukan sekadar menyimpan informasi di otak seperti robot.

Mengapa Tan Malaka Mengkritik Metode Ini?

  • Menghambat Pemikiran Kritis – Murid hanya menghafal tanpa memahami makna atau alasan di balik suatu konsep.
  • Membentuk Pola Pikir Pasif – Tanpa analisis, siswa cenderung menerima informasi tanpa bertanya atau menguji kebenarannya.
  • Pendidikan Harus Berbasis Logika – Ia memperkenalkan MADILOG (Materialisme, Dialektika, dan Logika) untuk mendorong pola pikir ilmiah.

Kesimpulan

Tan Malaka percaya bahwa pendidikan yang baik harus melahirkan generasi yang mampu berpikir mandiri, menganalisis, dan tidak hanya menjadi penghafal teori. Kritiknya terhadap "Jembatan Keledai" tetap relevan hingga kini, mengingat pentingnya berpikir kritis di era informasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar